BENALU

“Nin,dari mana? Jam segini baru pulang ?” Tanya ibuku.
“ Tumben buk…Tanya Nina gitu?” Jawab gadis belia 17 tahun itu.
“Astaghfirullah…Nin,kamu kok kasar gitu sama ibu?Ingat nak,Ibu orang tua kamu ,”Kata ibuku yang mulai kesal padaku.
“Aku tahu,udahlah buk gak usah bosa basi. Nina capek pengen istirahat”.Sembari aku langsung meninggalkan ibuku menuju kamar.
“Kenapa lagi itu anak bu?apa dia bikin ulah lagi”. Suara ayah mulai ikut-ikutan.
“kriiiiingggg….kringggg….” bunyi tlp tersentak membangunkan tidurku, dan tak lama kemudian……
“Assalamualaikum”.
“Waalaikumussalam…Nirma bagaimana kabarmu nak?’,
“Alhamdulillah baik yah, Nirma Cuma mau bilang yah kalau Nirma bulan depan udah bias skripsi dan Nirma butuh uang”.
“alhamdulillah nak,ibumu pasti senang mndengarnya. Insyalah uangnya segera bapak kirim”.
Huuwhh….kak Nirma lagi-lagi bawa berita bagus, prestasinya patut diacungin jempol.Gak kaya aku ini ….
Jam dinding udah menunjukkan pkl.07.30 , saatnya berdebat dimeja makan, kebiasaan …lihat saja nanti,
“Ayo makan……..Ayo makan….Tingggg…tingg…”,sikecil yang udah kelaparan tangannya mulai jahil dengan menutuk-nutuk piring yng ada dimeja.
“Niko……gak bolerh gitu”, aku segera menyahut sendok yang dipegangnya.
“Jangan dimarahin adikmu Nin,kamu itu kasar banget…..bisa gak lembut dikit,kayak kak Nirma dong orangnya lembut dan sopan”,huwh….biasa ibuku selalu menyamakanku dengan kak Nirma,aku paling benci kalau disama-samakan membuat nafsu makanku hilang.
“ Udahlah …….. cepat makan nin, hari ini kita sengaja nunggu kamu.hari-hari ini kamu sering pulang malam”. Ayahku menengahi perdebatanku dengan ibu laksana hakim yang sedang menangani suatu masalah.
“ Nina udah kenyang “. Aku segera meninggalkan meja makan dan aku keluar sesegera menstater sepedahku lalu cepat ku tancap melaju,ku tuju sebuah Rumah Sakit yach mungkin tempat itu menjadi tempat terfaforit buatku,gak ramai dan gak ada yang komentar.
Aku tahu dibanding kedua saudaraku mungkin aku gak bias sebaik mereka,tak ada yang dibanggakan dari seorang Nina.Kakakku Nirma kuliah di Universitas Negeri Malang bentar lagi lulus,memang aku akui kak Nirma sejak SD selalu menjadi juara kelas hingga sekarang pun dia selalu unggul dengan prestasinya.
Dan adikku Nino yang sekarang duduk dibangku SD kelas 5,dia pinter dan jago banget sepak bola hingga dari bakatnya itu dia sering ikut kejuaraan. Sementara aku sendiri dari kecil hingga sekarang gak ada prestasi yang aku banggakan….hanya jadi beban saja dan nyusahin orang tua tak lupa dengan hobiku berantem dan selalu bikin ulah saja.
Kulihat jam tanganku udah menunjukkan pkl.22.00 hujan juga udah mulai turun, aku harus segera pulang…….
“ Nina…. Kamu dari man saja?” Tanya ayahku dengan nada marah.
“ Dari temen”, jawabku datar dan segera lari kekamar,aku tau kalau aku lama-lama disitu ayah bakal menjatuhkan tangannya.
Pagi ini aku pengen main kerumah sobatku Ratih mumpung aku libur kerja,udah lama aku gak pernah main kesana.
“ Nin…..napa wajahmu kusut gitu?semalem habis nangis dimarahin nyokap gara-gara pulang malem terus yach……?” Ledek Ratih dengan menyodorkan bantal kemukaku.
“ Huhhh…… gak ada kata menangis dalam hidup seorang Nina,hemmm kamu kok tau Rat kalau aku sering pulang malem?” Kusahut kata-kata Ratih yang Kayaknya pengen tau tentang aku.
“ ya…….wajar lah Nin,aku sebagai sahabatmu kan perlu tau lagian kamu sekarang jarang banget curhat ma aku”, Ratih mulai membuatku ingin mengatakan yang sebenarnya terjadi.
“ Kamu mau tau?tapi kamu harus janji dulu ma aku Tih, gak bakal bilang siapa-siapa bahkan semut pun tak boleh tau”, Ku ubah suasana itu agar gak membuat hatiku ketakutan untuk menceritakan semuanya pada ratih.
“ Aku janji nin, gak bakal bilang siapa-siapa”. Ratih udah menunjukkan wajahnya yang tegang dan dengan perlahan aku mulai menceritakan apa yang terjadi pada diriku.
“ Aku sakit Rat, aku sering pulang terlambat bukan karena aku sering keluyuran tapi aku bekerja hingga larut malam supaya aku bias mengumpulkan uang buat aku berobat “, airmataku perlahan mulai keluar tak sanggup membendung unek-unek yang selama ini aku pendam sendiri.
“ kamu sakit nin, sakit apa?kamu jangan bercanda nina “. Ratih mulai ketakutan, dengan penuturanku.
“ aku terkena kanker otak Rat”, aku menangis dan Ratih pun langsung memelukku,dia menangis dan memukulku.
“ kamu pasti bohong nin “, tangisannya mulai meninggi.
“ setelah aku difonis terkena kanker otak, akupun awalnya gak percaya……satu tahun terakhir ini aku sering merasa kesakitan dibagian kepalaku, aku piker itu hanya sakit biasa tapi…….”, tak sempat kuteruskan Ratih udah memelukku dengan erat serasa takut kehilanganku.
“ Terus selama ini kamu kerja apa nin?’, Tanya Ratih yang mulai mengalihkan suasana.
“ Aku dulu waktu masih sekolah,ku gunakan waktu lesku tuk bekerja disebuah toko kue, dan sekarang aku bekerja di Rumah makan, Lumayan Rat uang yang aku peroleh bisa buatku bertahan tuk menebus obatku tiap bulan yang bisa dibilang mahal”,.
“Tapi kenapa kamu gak bilang pada kedua orang tuamu dan kamu begitu kuat bisa bertahan sampai satu tahun tanpa satu orang pun yang tau “. Cetus Ratih yang ingin sekali tau semuanya tentan apa yang kusembunyikan selama ini .
“ aku mulanya pengen ngomong pada keluargaku,tapi aku tau kelurgaku selalu terlihat bahagia dengan berita yang diberikan kakak dan adikku, aku gak ingin membuat mereka sedih karena aku tau sendiri aku gak pngen merusak suasana itu dengan penyakitjku ini”, sahutku pada Ratih.
“ aku gak percaya seorang Nina yang terkenal tomboy dan jago berkelahi sebenarnya seorang gadis lemah yang gak berdaya dan bertahan hidup untuk melawan maut”, Ratih tertakjub setelah tau yang sebenarnya pada diriku.
“ terserah Rat kamu ngomong apa tentangku yang pasti kamu janji gak bakal cerita siapa-siapa tentang semua ini”.
“ aku janji Nin,tapi aku harus berbuat apa agar aku bias menolongmu?”.Ratih terlihat sedih dan aku hanya bias tersenyum padanya.
Saat itu mungkin aku merasa lega banget dengan menceritakan semua masalahku pada sahabatku yang selama setahun lebih aku memendamnya, biarpun aku harus berbohong tapi setidaknya aku gak membuat orang lain sedih karena aku, dengan pekerjaamku yang selalu pulang malam bias membuatku bertahan untuk hidup, aku butuh uang untuk membeli obat tanpa harus meminta uang pada orang tuaku, aku juga tahu kakakku sekarang butuh uang banyak buatb skripsinya dan adikku bentar lagi masuk SMP, pasti semua itu gak butuh uang sedikit, disbanding dengan pekerjaan ayahku yang hanya menjadi seorang pegawai negeri sipil biasa dan ibukumembuka warung kecil-kecilan untuk menambah penghasilan.
Mungkin ibuku mengira aku pengagguran yang bisannya pulang malam tanpa tujuan, tapi setidaknya aku gak pernah melakukan hal yang mereka kira. Aku hanya gak ingin jadi beban kedua orang tuaku,andai saja aku bias menuntut kenapa aku gak bias seperti kedua saudaraku…….ah,itu gak apa lah aku gakboleh menyesali nasib. Aku harus terus bersyukur dengan pemberian sang Illahi, mumgkin Tuhan punya rencana lain buat hambanya.
“ Nina, Dokter sudah gak bias berbuat banyak nin….sampai kapan kamu akan terus bertahan nak? Obat itu Cuma bias bertahan sebulan nin “. Cetus Dokter Iwan yang biasa memeriksaku, dia tau semua tentang aku.
“ selama Nina masih kuat Dok, Nina akan terus bertahan yang oasti Nina gak mau nyusahin orang lain”. Kujawab dengan tegar tanpa terlihat sedih sedikitpin.
Aku harus pulang, kebetulan hari ini ada ada tujuh bulanan sepupuku……..
“ Darimana saja kamu nin, kerjamu keluyuran saja tanpa pamit. Ayah dan Ibu udah gak sanggup lagi membimbingmu, hari ini ada acara tujuh bulanan mbk Sari seharusnya kamu bias bantu-bantu. Jangan jadi beban orang tua nin, kamu sudah dewasa”. Cetus ibuku yang marah-marah,aku pengen banget memeluknya dan mengadu semua rasa sakit ini tapi aku gak sanggup.
“ Aku capek buk…nina pengen istirahat”. Jawabku datar  dan segera lari kekamarku, aku udah gak kuat menhan rasa sakit kepalaku ini, minggi ini aku gak bias nebus obat karena aku belum bias terima gajian.
Pagi ini suasananya terlihat lain dan tercium bau obat yang menyengat, tiba-tiba……….
“ Aku ada dimana?”.tanyaku kaget ketika aku tau tubuhku terbaring lemas tak berdaya diranjang penyembuhan,ya aku berada di rumah sakit.
“ kamu gak apa-apa nak?”,Tanya ibuku yang berada disampingku,matanya sembab terlihat semalaman menangis hingga matanya sebesar jam bekel.
“ Nin, maafkan kita semua”. Ayahku langsung memelukku ketika ku sadar,matanya hampir sama dengan ibuku terlihat sembab.
Aku terheran kenapa aku bias beradAa dirumah sakit dan tampak semua keluargaku berada disini, yang aku ingat aku tertidur lelap.
“ Nina,maafkan aku juga”. Ratih sobatku.aku tau dia pasti telah menceritakan semuanya, tapi gak apalah memang ini sudah saatnya semua tau.
Sekarang aku gak bias berbuat apa-apa, aku merasa aku hanya menjadi beban semua orang tapi aku juga tau sisa umurku hanya tinggal sebulan lagi kata Dokter, tapi aku lebih percaya hidup mati seseorang hanya ada ditangan Tuhan. Tiada kebanggaan yang bias kuberikan kepada keduas orang tuaku, dan sekarang hanya bisa berjuang untuk hidup. Terimakasih Tuhan karena sampai sekarang aku masih engkau berikan hidup tanpa, aku ingin tetap hidup dengan normal tanpa harus menyusahkan orang lain dan tak lupa aku selalu bersyukur atas semua pemberianmu.

Komentar

Postingan Populer