sayap luka

Sayap Luka

Jika ku harus marah pada siapakah?
Jika ku harus menuntut kehidupan pada siapakah?
Jika ku harus menangis pada siapakah?
Jika ku harus mengeluh pada siapakah?
Jika dan jika…..
Semua adalah takdir,, ya…takdir…aku tetap harus menstukurinya…
 “ Mbk, minta uang“, tersentakku melihat anak yang baru berusia 4 tahun menghampiriku dengan wajahnya yang kusut dan lelah, kuambil uang seribuan dan kuberikan kepadanya, hal seperti itu memang tak tabu untuk kita lihat bahkan tiap kali kita pasti melihat pemandangan seperti itu, namun ini membuatku berbeda, anak kecil itu tiba-tiba duduk disampingku,entah apa yang membuatnya seperti itu hingga tanpa ku bertanya dia bercerita tentang banyak hal. Awalnya aku anggap ini hal biasa,tapi lama kelamaan aku mendengar ceritanya aku pun menangis, ya aku bisa ambil hikmah dari semua itu.
Anak belia yang baru berumur 4 tahun itu harus menjalani hidup bahkan harus menjadi tulang punggung keluarganyaa, aku saja yang menginjak umur 20 thn masih meminta uang pada orang tuaku, sungguh malang nasibnya, dia tinggal dengan ibu dan adiknya yang masih berumur 1 tahun. Namun yang aku herankah,begitu kejamkah seorang ibu yang menyuruh anaknya bekerja sebagai tukang minta-minta diterminal sementara dia dirumah cuma tidur, anak itu disuruh bekerja dan jika pulang tak membawa uang maka anak kecil itu tak boleh pulang dan dapat makan.
“Ya Allah kehidupan apa ini ?” manusia ditakdirkan dengan nasib sendiri-sendiri, masih banyak anak-anak malang yang mengalami nasib yang sama, anak seusia itu seharusnya masih menikmati bangku sekolah dan dunia bermain,namun semua itu hancur oleh kejamnya hidup yang merampas kebahagiaanya.
Capek juga,akhirnya sampai juga, aku langsung sholat dan tak langsung mandi aku ambil sendalku, laper perut ini uda mulai keroncongan seharian perjalanan, akupun membeli makan diseberang jalan dan,,,
“Astagfirullah…” tersentak aku melihat seorang anak kecil mungkin seusia 1 SMP, sedang apa anak itu, aku terus bertanya.
Aku melihat dengan perlahan anak itu mengayun becaknya,kulihat tumpukan sampah yang dibawanya,ya aku baru sadar dia bekerja sebagai pemulung, ku lihat tangan yang masih belum seberapa tenaganya mengangkat tumpukan botol kaleng bekas yang lumayan berat, yaAllah apalagi ini? Aku terus bertanya pada hati kecilku, sedang disana banyak orang-orang berkelimpah harta dan menikmati hidup yang jauh lebih baik? Walaupun profesinya sebagai pemulung tapi toh itu halal,  seharusnya mereka malu yang memakai dasi namun memakan uang rakyat ??? itu yang kupikirkan.
“ Masih banyak pak rakyatmu yang menderita, ini tak adil buat kami yang disini kelaparan, mana janji-janji manismu dulu, adanya sekolah geratis? Tapi kami tetap tak bisa menikmatinya, banyak pak teman-teman kami yang kelaparan sampai harus berjuang hidup menjual suara dilampu merah, kadang tak ada tempat berteduh kami pun tidur dubawah kolong jembatan, kadang jika razia datang kami semua berlarian menghindari para penertib jalan. Kalau tak seperti itu kami tak bisa makan pak, kejamnya dunia telah merampas masa kecil kami dan menghadapkan kami dengan apa yang seharusnya tak kami rasakan dengan kata “Merdeka “.
Belum lagi ibu-ibu kami yang harus bekerja sebagai pedagang kaki lima dan sekarang telah digusur dari tempatnya,ya kami mau menuntut pada bapak tapi apalah daya kami pak,kami tak bisa berbuat apa-apa.
Dengan suara dan gitar kecil yang kami punya,inilah pak yang memberiku makan tiap hari,entah sampai kapan kami harus seperti itu? “MERDEKA “ ya aku sering mendengar kalimat itu,tapi aku tak pernah merasakan apa itu merdeka, bahkan saudara-saudara kamipun merasakan hal yg sama.
Aku pernah mendengar dan menerima pelajaran tentang “Demokrasi”, kata itu sempat aku fahami waktu dulu aku sempat merasakan duduk di bangku SD yang akhirnya sekarang ku tinggalkan,bukan karena aku malas sekolah tapi apalagi pak kalau tidak factor uang, aku harus bekerja demi menghidupi adik-adik ku yang masih kecil sementara ibuku lumpuh dan ayahku sudah meninggal sejak aku berusia 1 tahun.
Ini Cuma sebagian cerita dariku pak,masih banyak yang mengalami nasib sama seperti saya. Banyak bangunan dibangun begitu megahnya, rumah-rumah mewah dan semua serba mewah, tapi tak melihat disisi lain masih banyakyang kelaparan.
Demokrasi,semua dari rakyat,oleh rakyet dan untuk rakyat tapi mengapa saya juga rakyatmu pak entah kata itu seolah enyah dan menjadi symbol belaka, saya tak tau harus menuntut pada siapa kecuali orang-orang yang mau peduli dengan keadaan kami.
Kami Cuma menuntut hak hak kami, berikan kehidupan yang layak agar kami tidak seperti ini terus, kami tau bapak pasti memikirkan keadaan kami dan kami juga tau bapak masti pusing dengan keadaan Negara yang kacau, banyak bencana dan apalagi kasus KORUPSI yang merajalela dinegaraku ini tak henti-hentinya.
Tapi  saya berharap bapak-bapak yang lain bisa sadar dengan kehidupan kami, anda tidak akan bisa seperti itu tanpa kami yaitu “rakyat” mu.
Masih banyak cerita yg mungkin tak kan pernah habis,sampai semua orang mau sadar diri pada kehidupan rakyat miskin,,
Bersanbung….

Komentar

Postingan Populer